Selasa, 31 Maret 2015

99,9% Tepat Waktu, MRT di Hong Kong Untung Rp 26 T Setahun

Bisnis paling menguntungkan di Hong Kong ternyata ada 30 meter di bawah tanah. Adalah sistem transportasi mass rapid transit (MRT), berupa kereta bawah tanah alias subway yang untungnya Rp 26 triliun tahun lalu.

Pengelola MRT bernama Mass Transit Railway Corporation (MTR) ini, meraup omzet US$ 5,2 miliar tahun lalu.

Keuntungan perusahaan itu mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun tahun lalu. Kinerja kereta bawah tanah di Hong Kong ini anomali dibanding dengan jaringan kereta bawah tanah di negara lain. Contoh saja jaringan kereta bawah tanah di New York, Amerika Serikat (AS), yang tengah menderita karena kekurangan pembiayaan, dan akan membayar utang US$ 2,5 miliar tahun ini.

Lantas bagaimana Hong Kong bisa mengelola jaringan tersebut sehingga menguntungkan?

Pertama, sistem kereta bawah tanah di Hong Kong cukup canggih. Bayangkan, meski sehari melayani 5 juta penumpang, namun transportasi ini 99,9% tepat waktu. Tarifnya juga ternilai cukup murah, yaitu US$ 0,5-US$ 3 (atau sekitar Rp 6.500-Rp 40 ribu). Meski murah, namun tarif ini mencapai 175% dari biaya operasi kereta. Jadi masih ada untung.

Akan tetapi, keuntungan nyata dari MTR ini berasal dari penyewaan bisnis sampingan, yaitu properti. Sebanyak 50% dari properti di Hong Kong dimiliki, dikembangkan, dan dikelola oleh MTR, termasuk 2 gedung tertinggi di negara tersebut.

"Banyak yang mengkritik, MTR merupakan pengembang properti yang usaha sampingannya adalah mengelola kereta," kata seorang profesor ekonomi dari Universitas Hong Kong, Tim Hau, dilansir dari CNN, Rabu (1/4/2015).

MTR menikmati hubungan khususnya dengan pemerintah Hong Kong, selaku pemegang saham mayoritasnya. Pemerintah menyediakan lahan gratis, untuk digunakan operator kereta, dan MRT diisinkan untuk mengembangkan area sekeliling stasiun.

Perusahaan ini sering membangun mal di atas stasiun kereta bawah tanah, saat ini jumlahnya 13 mal. Tahun lalu, tingkat sewaan mal-mal milik MTR naik menjadi rata-rata 14%. Stasiun di bawah tanah juga dilengkapi dengan toko-toko yang disewakan.

Saat ini, MTR mengekspor model bisnisnya ke luar negeri, ini sudah digunakan di China, Inggris, Swedia, dan Australia. (Sumber : detik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar